sumber gambar : madanionline.org |
sayangnya, manusia yang mengalaminya tidak akan bisa berbuat apa-apa, tidak akan bisa menolak untuk tidak merasakannya. sebab Tuhan yang telah memberikan rasa itu pada kita, dan hanya Tuhan yang mampu membolak balikkan semuanya, datang-hilang-mucul-tenggelam dan begitu seterusnya.
Tentang rasa,
maka bersyukurlah seseorang yang dianugerahkan rasa,
rasa cinta-rasa benci-rasa sakit-rasa rindu-rasa takut dan jutaan rasa-rasa lainnya.
sebab dengan rasa, hidup akan berwarna, dapat diceritakan dan menjadi sebuah cerita, juga kenangan-pelajaran-bahkan pengalaman.
ibarat not, nadanya sangat beriirama, tak monoton, tak datar, tak begitu-gitu saja, dan tak membosankan.
Tentang rasa,
mungkin saja tidak ada manusia yang hanya mengalami satu rasa dalam satu peristiwa,
pasti rasa itu akan lebih dari satu, berkombinasi saling menghidupkan-saling melengkapi
seperti halnya seorang Ayah yang akan menikahkan anak perempuannya,
ayah akan merasa bangga (berhasil sebagai orang tua membesarkan anaknya),
ayah akan merasa sedih (sebentar lagi si anak akan meninggalkannya untuk hidup dengan pria lain)
ayah akan merasa cemas (apakah pria yang dipilih si anak benar-benar bertanggung jawab dan si anak akan baik-baik saja setelah itu)
dan berbagai rasa lainnya, yang setiap orang pasti berbeda satu dengan lainnya.
Lalu, apakah salah jika seseorang rindu pada orang yang dicintai, dikasihi, dan disayanginya saat mereka terpisah oleh jarak?
apakah salah jika dia juga mengalami rasa cemas, rasa takut, rasa sedih, dan rasa-rasa lainnya dalam satu waktu?
Bagi saya tidak,
semuanya adalah wajar, adalah lumrah yang sepatutnya disyukuri dan dinikmati
sebab Tuhanlah yang telah memberikan rasa itu pada kita,
karena rasa akan tetap baik, apabila kita juga mampu menerimanya dengan baik.
Surabaya, 27 Februari 2017
No comments:
Post a Comment