Hai Salam Semangat !.
Kali ini saya akan
membahas mengenai cara slump test
pada beton. Apa itu slump test? dan
untuk apa kegunaannya?. Slump test
adalah tes yang dilakukan untuk mengetahui nilai kekentalan adukan beton
menggunakan alat test yang dinamakan kerucut
Abram. Kegunaan tes ini adalah sebagai salah satu cara untuk mengetahui
kualitas dari suatu beton dan juga untuk mengetahui apakah adukan beton
tersebut memiliki workability yang
baik atau tidak, yang artinya adukan tersebut apakah terlalu encer (kelebihan
air), terlalu kental (kekurangan air), atau sudah pas takarannya (cukup air) sehingga
dapat dengan mudah dikerjakan di dalam pembuatan suatu pekerjaan konstruksi.
Lalu apa
pengaruhnya apabila suatu adukan beton terlalu encer atau terlalu kental?.
Adapun pengaruhnya adalah terhadap kualitas atau mutu beton, apabila suatu
beton terlalu encer akan menyebabkan beton tersebut lama mengeringnya dan
juga mutu kekuatannya sangat rendah.
Kemudian apabila terlalu kental, maka beton tersebut tidak homogen (tidak rata
pencampuran adukannya), sehingga saat adukan beton dituangkan akan memiliki
banyak rongga atau pori, dan ini sangat berbahaya terutama pada pekerjaan beton
bertulang yang akan menyebabkan besi tulangan bersentuhan langsung dengan udara
yang dapat menimbulkan korosi sehingga kualitas beton tersebut menjadi rendah.
Pengujian
slump ini dilakukan pada setiap mobil truck
mixer yang datang, 1 truck mixer = 1 sampel uji slump.
Hal ini perlu dilakukan pada setiap truck
mixer yang datang dikarenakan kualitas mutu beton dari setiap mobil tidak
bisa dianggap sama / disamaratakan meski berasal dari tempat pembuatan
(concrete batching plant) yang sama. Mungkin untuk memahaminya, disini saya
akan mengilustrasikannya dengan sesuatu yang berhubungan dengan kehidupan
sehari-hari, seperti contoh KOPI, saat secangkir kopi yang disajikan dan
dipesan di kedai kopi dengan jenis kopi yang sama dan pembuatnya sama, pasti
rasanya tidak akan sama persis atau 100% sama satu dengan yang lainnya, mungkin
saja ada yang sedikit kurang manis, kurang air, terlalu pahit dan lainnya. Hal
itu sama saja dengan beton, antara satu mobil truck yang datang dengan mobil truck
lainnya, tidak akan 100% sama kondisi dan kualitas betonnya, sehingga perlu
dilakukan pengujian pada setiap truck
mixer yang datang.
Pengujian slump adukan beton ini mengacu pada SNI
1972-2008 dan SNI 03-2458-1991. Adapun peralatan yang digunakan untuk slump test adalah :
Gambar
1. Kerucut Abram
Sumber gambar
: SNI 1972-2008
|
Gambar
2. Peralatan Slump Test
|
Keterangan pada gambar 2 :
1. Kerucut Abram (untuk detail ukurannya
dapat dilihat pada gambar 1)
2. Batang Penusuk / rojokan (ukuran
panjang 60 cm dan diameter 16 mm)
3. Alas (bisa terbuat dari kayu/plat
besi sebagai landasan dasar untuk kerucut Abram)
4. Meteran (Atau juga bisa menggunakan
mistar / penggaris biasa)
5. Sekop kecil
6. Gerobak dorong (sebagai wadah untuk mengambil
sampel beton dari truck mixer)
Adapun cara pengujiannya adalah
sebagai berikut :
I. Letakkan
kerucut Abram diatas Alas, dan ijak pegangan paling bawah dari kerucut Abram,
agar posisi kerucut Abram tegak lurus dan tidak ada celah antara bagian bawah
kerucut dengan Alas, sehingga air semen tidak mengalir keluar kerucut saat
penuangan beton.
II. Tahap
Penuangan Beton
1. Masukkan
adukan beton kedalam kerucut Abram setinggi 1/3 kerucut, kemudian tusuk-tusuk
adukan beton dengan rojokan/batang penusuk secara merata sebanyak 25x sampai ke
bagian lapisan dasar kerucut.
2.
Masukkan
adukan beton kedua sampai setinggi 2/3 kerucut, kemudian tusuk-tusuk kembali
sebanyak 25x sampai ke bagian atas permukaan lapisan pertama asukan beton.
3. Masukkan
adukan beton ketiga sampai penuh, kemudian tusuk-tusuk kembali sebanyak 25x
sampai ke bagian atas permukaan lapisan kedua.
4. Ratakan
permukaan bagian atas lapisan beton ketiga menggunakan rojokan / batang penusuk
dengan cara menggelindingkannya. Lalu bersihkan juga kotoran-kotoran beton yang
berserakan disekeliling bagian luar kerucut Abram.
5. Angkat
kerucut Abram secara tegak lurus dan hati-hati, diusahakan pengangkatan kerucut
tidak terlalu lama atau cepat. Kurang lebih harus 5±2 detik.
6. Balikkan
kerucut Abram disamping adukan beton tersebut, kemudian ukur ketinggian
penurunan adukan beton yang terjadi, dengan cara menyimpan rojokan secara
horizontal diatas permukaan atas kerucut Abram, kemudian ukur ketinggian dari
batang rojokan tersebut sampai ke permukaan bagian pusat/tengah adukan beton
tersebut.
Gambar
3. Ilustrasi Tahap Penuangan Beton pada Uji Slump dari Langkah 1-6
|
Adapun beberapa jenis hasil penurunan adukan beton saat pengujian slump / keruntuhan beton pada uji slump adalah sebagai berikut :
Gambar
4. Jenis-Jenis Keruntuhan Adukan Beton pada Uji Slump
Sumber gambar
: https://lauwtjunnji.weebly.com/pengukuran-slump.html
Pada gambar 4 diatas, ada 3 jenis
keruntuhan adukan beton pada saat uji slump,
pada gambar tersebut yang benar-benar mewakili dan dapat diukur untuk uji slump adalah keruntuhan slump pada gambar 4a. Sedangkan apabila
keruntuhan terjadi seperti gambar 4b, maka pengujian harus dilakukan ulang,
jika sampai 3x pengujian ulang masih tetap sama bentuk keruntuhannya, maka
beton yang dibawa oleh mobil truck mixer tersebut tidak memenuhi kualitas beton
yang baik, dan dapat ditolak atau tidak bisa dilakukan pengecoran menggunakan
beton tersebut. Lalu apabila keruntuhan terjadi seperti gambar 4c, maka beton
tersebut dikatakan terlalu encer dan juga kualitas beton tersebut tidak
memenuhi standar yang baik, sehingga beton tersebut juga dapat ditolak untuk
dapat digunakan.
Untuk pengujian slump, keseluruhan
dari tahap penuangan sampai pengangkatan kerucut Abram seperti terlihat pada
gambar 3, adalah ± 2.5 menit. Lalu berdasarkan Peraturan Beton Bertulang
Indonesia (PBI) 1971, nilai-nilai slump yang disarankan untuk setiap jenis
pekerjaan konstruksi adalah sebagai berikut :
Gambar 5. Nilai Slump yang
Disarankan untuk Berbagai Jenis Pekerjaan sesuai PBI 1971
Sumber gambar
: PBI 1971
|
Bila dilihat pada gambar 5, maksud
pekerjaan dinding minimum 5 cm dan maksimum 12.5 cm, artinya slump yang disarankan untuk pengecoran
beton pada dinding harus memilki rentang slump
5-12.5 cm. Misal pernah kita lihat sebuah persyaratan pekerjaan konstruksi yang
menyatakan bahwa beton untuk pekerjaan A (Dinding Beton) adalah 12 cm, untuk
pekerjaan B (Pondasi) = 10 cm, nah nilai ini tidak kaku harus pas 12 cm atau 10
cm. tetapi ada nilai toleransi nya yang umumnya adalah bernilai ±2 cm. Sehingga
untuk pekerjaan A (Dinding Beton) menjadi slump
12±2 cm, pekerjaan B (Pondasi) 10±2 cm.
Sehingga saat pengukuran di lapangan,
misal akan melakukan pengecoran pekerjaan B (pondasi), mobil truck mixer beton datang, lalu sebelum
dituangkan di lapangan perlu dilakukan uji slump
terlebih dahulu, saat pengujian slump
ternyata nilai slump untuk adukan
beton pada truck mixer tersebut
bernilai 11 cm, maka berdasarkan persyaratan 10±2 cm, beton tersebut sudah
memenuhi nilai standar kualitas beton slump
yang disyaratkan. Sehingga beton tersebut dapat dituangkan atau dilakukan
pengecoran di lapangan.
Untuk file ini dalam bentuk PDF dapat dilihat atau di download disini.
No comments:
Post a Comment