Hai Salam Semangat !.
Kali ini saya akan membahas mengenai
cara-cara pekerjaan pengetesan dengan Core
Drill (Beton Inti) pada pekerjaan perkerasan jalan campuran aspal. Tes Core
Drill ini adalah sebuah pengetesan yang dilakukan dengan cara membor /
melubangi lapisan jalan aspal
menggunakan mesin bor berdiameter 4” atau 6”. Tujuan dari pengetesan ini adalah
untuk mengukur ketebalan lapisan jalan aspal secara langsung dilapangan dan juga sampel hasil bor ini juga akan
digunakan untuk dihitung berat isi / kepadatannya di laboratorium, sehingga
pekerjaan perkerasan aspal ini dapat diketahui apakah pekerjaan yang telah
dilaksanakan dilapangan sudah sesuai dengan ketebalan rencana pekerjaan awal
dan memiliki kepadatan yang sesuai dengan persyaratan dokumen kontrak atau
tidak. Sehingga kualitas pekerjaan perkerasan jalan aspal ini diharapkan dapat
memiliki kualitas pekerjaan yang baik sehingga dapat tahan lama dan tidak cepat
rusak.
Apabila mengacu pada Dokumen Spesifikasi Umum 2010 (Revisi 2),
Kementerian Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Bina Marga. Pekerjaan Core
Drill ini dilakukan dengan menggunakan alat mesin bor berdiamater 4” (Apabila
lapisan campuran beraspal tersebut tersusun dari campuran aspal dan agregat
batu-batuan berdiameter ≤ 1”). Sedangan alat mesin bor berdiameter 6”
(Digunakan apabila agregat-agregat penyusun campuran aspal tersebut memiliki
jenis agregat paling besar > 1”). Adapun jumlah sampel dan jarak pengeboran
ini dilakukan sebanyak minimum 6 sampel / 200 m’ (dalam satu lajur). Namun
biasanya, dilapangan jarak dan jumlah pengukuran ini dapat berbeda-beda dan
dilakukan secara acak sesuai dengan persetujuan dari pihak pengawas maupun
owner pekerjaan jalan tersebut.
Hal yang paling sering dilakukan
adalah, apabila pekerjaan jalan beraspal tersebut akan di tes dalam satu lajur
jalan utuh, maka jarak pengetesan dilakukan per 50 m’ dengan sistem
selang-seling / zigzag. Apabila hanya
setengah lajur, maka dilakukan per 100m’ tanpa selang-seling / zigzag. Seperti
terlihat pada gambar 1 dan 2. Sebetulnya pengetesan ini dapat dilakukan
sebanyak-banyaknya sampai dirasa pengukuran tersebut dapat mewakili nilai
rata-rata ketebalan pekerjaan jalan beraspal tersebut.
Adapun jarak titik-titik pengetesan
pemboran tersebut harus dilakukan dengan jarak minimum dari tepi jalan selebar
30 cm’, seperti pada gambar berikut :
Adapun
alat-alat yang diperlukan dalam tes core drill ini adalah :
1.
Mesin
Core Drill
2.
Air
3.
Pencapit
Aspal
4.
Jangka
Sorong
5.
Tipe-X
/ Marker
6.
Kertas
+ Pulpen / alat tulis lainnya
7.
Rambu
Jalan
8.
Campuran
Aspal (campurannya harus sama sesuai dengan aspal yang di bor)
9.
Alat
Pemadat (Stamper)
10.
Kompor
+ Gas
11.
Foto
(untuk Dokumentasi)
12.
Mobil
(untuk mengangkut semua alat tes)
Adapun
cara-cara pengujiannya adalah sebagai berikut :
1.
Tentukan area jalan yang akan di Tes (titik
STA mana yang akan di tes dan panjang serta banyaknya jumlah sampel yang akan
diambil)
2.
Pasang rambu jalan (yang mendandakan bahwa di
titik tersebut sedang dilakukan pengetesan, sehingga dapat menghindari terjadinya
kecelakaan lalu litas)
3.
Letakkan
mesin bor tepat diatas titik lokasi tes
4.
Masukkan
air ke mesin bor (agar saat pengeboran, mata pisau bor tidak cepat aus dan
tidak cepat rusak)
5.
Nyalakan
mesin bor
6. Mulai
bor titik tersebut secara perlahan sampai pada titik dasar lapisan aspal
tersebut (diusahakan pengeboran ini harus tegak lurus, agar hasil yang didapat
baik dan tidak hancur)
7.
Tarik
mata pisau bor keatas
8.
Gunakan
pencapit aspal untuk mengambil lapisan aspal yang sudah di bor
9. Ukur
ketebalan lapisan aspal yang sudah diangkat tersebut menggunakan jangka sorong
(ukur di 3 sisi, kemudian rata-ratakan hasilnya, maka itulah hasil tebal
lapisan aspal di titik tersebut)
10.
Nyalakan
kompor gas, dan kemudian panaskan serta goring campuran aspal baru yang sudah
dipersiapkan sebelumnya (campuran aspal ini digunakan untuk menutup lubang
aspal hasil bor tersebut)
11. Masukkan
campuran aspal tersebut menjadi 3 lapis, perlapis ditumbuk dengan menggunakan
alat pemadat (stamper), tujuannya agar lubang hasil tambalan tersebut kembali seperti
semula, rata, dan tetap padat sehingga dapat menghindari kerusakan pada titik
tersebut di kemudian hari.
12. Dokumentasikan
pengetesan di area tersebut (terutama saat pengukuran ketebalan lapisan aspal
yang dusah di bor tersebut menggunakna jangka sorong)
13.
Beri
tanda pada sampel tersebut (yang terdiri dari Nama STA, jenis lapisan aspal,
dan tanggal pengetesan)
14.
Ulangi
langkah 2 s/d langkah 13 pada titik berikutnya
15. Sampel-sampel
tersebut disimpan, dan nanti harus dibawa ke laboratorium untuk dilaksanakan pengetesan
lanjutan pada sampel tersebut (yaitu pengukuran nilai kepadatan lapisan aspal aktual
di lapangan)
Hasil sampel tersebut, diberikan tanda
nama menggunakan tipe-x / marker, untuk memudahkan identitas sampel tersebut
dalam pengetesan lanjutan di laboratorium yaitu untuk pengetesan uji kepadatan
(density), materi ini akan dibahas pada artikel berikutnya.
Adapun standar ketebalan lapisan aspal
berdasarkan Dokumen Spesifikasi Umum
20120 (Revisi 2) pada setiap jenis lapisan aspal adalah sebagai berikut :
Tabel 1.
Tebal Minimum Berbagai Tipe Lapisan Campuran Beraspal
Apabila hasil pengukuran tes core drill di lapangan tidak memenuhi
nilai standar ketebalan sesuai dengan tabel 1, maka titik-titik lokasi yang
tidak memenuhi syarat tersebut harus dibongkar dan di aspal ulang, atau dapat
dilakukan dengan cara dilapisi kembali sampai memiliki ketebalan minimum
standar yang sudah disyaratkan seperti pada tabel 1.
Adapun contoh penyajian data hasil
pengujian core drill adalah sebagai
berikut:
Tabel 2. Contoh Penyajian Data Hasil Tes Core Drill
Dari contoh tabel 2, bahwa lapisan
yang di tes core drill adalah lapisan
AC-WC, apabila mengacu pada tabel 1, maka tebal minimum lapisan AC-WC yang
dipasang dilapangan adalah 4 cm, sedangkan untuk tebal minimum dengan toleransi
pada setiap hasil pengukuran core drill
adalah sebesar 3,7 cm. Pada tabel 2, dari 6 sampel yang di tes, untuk sampel
1,2,4,5,6 masih masuk kategori tebal minimum dengan toleransi, sehingga status
lapisan aspal yang di tes di titik tersebut masih memenuhi syarat. Sedangan
pada sampel 3, lapisan tersebut memiliki nilai dibawah standar minimum dengan
toleransi, sehingga status ketebalan lapisan di lokasi tersebut tidak memenuhi
syarat. Hal ini menyebabkan, bahwa pada titik tersebut perlu dilakukan
pembongkaran dan pelapisan aspal baru, atau dengan cara melapisi kembali
lapisan tersebut hingga memiliki ketebalan 4 cm.
No comments:
Post a Comment