Monday, December 24, 2018

Tes Core Drill pada Pekerjaan Jalan Aspal


Hai Salam Semangat !.

Kali ini saya akan membahas mengenai cara-cara pekerjaan pengetesan dengan Core Drill (Beton Inti) pada pekerjaan perkerasan jalan campuran aspal.  Tes Core Drill ini adalah sebuah pengetesan yang dilakukan dengan cara membor / melubangi  lapisan jalan aspal menggunakan mesin bor berdiameter 4” atau 6”. Tujuan dari pengetesan ini adalah untuk mengukur ketebalan lapisan jalan aspal secara langsung dilapangan  dan juga sampel hasil bor ini juga akan digunakan untuk dihitung berat isi / kepadatannya di laboratorium, sehingga pekerjaan perkerasan aspal ini dapat diketahui apakah pekerjaan yang telah dilaksanakan dilapangan sudah sesuai dengan ketebalan rencana pekerjaan awal dan memiliki kepadatan yang sesuai dengan persyaratan dokumen kontrak atau tidak. Sehingga kualitas pekerjaan perkerasan jalan aspal ini diharapkan dapat memiliki kualitas pekerjaan yang baik sehingga dapat tahan lama dan tidak cepat rusak.
Apabila mengacu pada Dokumen Spesifikasi Umum 2010 (Revisi 2), Kementerian Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Bina Marga. Pekerjaan Core Drill ini dilakukan dengan menggunakan alat mesin bor berdiamater 4” (Apabila lapisan campuran beraspal tersebut tersusun dari campuran aspal dan agregat batu-batuan berdiameter ≤ 1”). Sedangan alat mesin bor berdiameter 6” (Digunakan apabila agregat-agregat penyusun campuran aspal tersebut memiliki jenis agregat paling besar > 1”). Adapun jumlah sampel dan jarak pengeboran ini dilakukan sebanyak minimum 6 sampel / 200 m’ (dalam satu lajur). Namun biasanya, dilapangan jarak dan jumlah pengukuran ini dapat berbeda-beda dan dilakukan secara acak sesuai dengan persetujuan dari pihak pengawas maupun owner pekerjaan jalan tersebut.

Hal yang paling sering dilakukan adalah, apabila pekerjaan jalan beraspal tersebut akan di tes dalam satu lajur jalan utuh, maka jarak pengetesan dilakukan per 50 m’ dengan sistem selang-seling / zigzag.  Apabila hanya setengah lajur, maka dilakukan per 100m’ tanpa selang-seling / zigzag. Seperti terlihat pada gambar 1 dan 2. Sebetulnya pengetesan ini dapat dilakukan sebanyak-banyaknya sampai dirasa pengukuran tersebut dapat mewakili nilai rata-rata ketebalan pekerjaan jalan beraspal tersebut.
Adapun jarak titik-titik pengetesan pemboran tersebut harus dilakukan dengan jarak minimum dari tepi jalan selebar 30 cm’, seperti pada gambar berikut :






Adapun alat-alat yang diperlukan dalam tes core drill ini adalah :
1.       Mesin Core Drill
2.       Air
3.       Pencapit Aspal
4.       Jangka Sorong
5.       Tipe-X / Marker
6.       Kertas + Pulpen / alat tulis lainnya
7.       Rambu Jalan
8.       Campuran Aspal (campurannya harus sama sesuai dengan aspal yang di bor)
9.       Alat Pemadat (Stamper)
10.   Kompor + Gas
11.   Foto (untuk Dokumentasi)
12.   Mobil (untuk mengangkut semua alat tes)

Adapun cara-cara pengujiannya adalah sebagai berikut :
1.   Tentukan area jalan yang akan di Tes (titik STA mana yang akan di tes dan panjang serta banyaknya jumlah sampel yang akan diambil)
2.   Pasang rambu jalan (yang mendandakan bahwa di titik tersebut sedang dilakukan pengetesan, sehingga dapat menghindari terjadinya kecelakaan lalu litas)
3.       Letakkan mesin bor tepat diatas titik lokasi tes
4.       Masukkan air ke mesin bor (agar saat pengeboran, mata pisau bor tidak cepat aus dan tidak cepat rusak)
5.       Nyalakan mesin bor
6.     Mulai bor titik tersebut secara perlahan sampai pada titik dasar lapisan aspal tersebut (diusahakan pengeboran ini harus tegak lurus, agar hasil yang didapat baik dan tidak hancur)
7.       Tarik mata pisau bor keatas
8.       Gunakan pencapit aspal untuk mengambil lapisan aspal yang sudah di bor
9.   Ukur ketebalan lapisan aspal yang sudah diangkat tersebut menggunakan jangka sorong (ukur di 3 sisi, kemudian rata-ratakan hasilnya, maka itulah hasil tebal lapisan aspal di titik tersebut)
10.   Nyalakan kompor gas, dan kemudian panaskan serta goring campuran aspal baru yang sudah dipersiapkan sebelumnya (campuran aspal ini digunakan untuk menutup lubang aspal hasil bor tersebut)
11. Masukkan campuran aspal tersebut menjadi 3 lapis, perlapis ditumbuk dengan menggunakan alat pemadat (stamper), tujuannya agar lubang hasil tambalan tersebut kembali seperti semula, rata, dan tetap padat sehingga dapat menghindari kerusakan pada titik tersebut di kemudian hari.
12. Dokumentasikan pengetesan di area tersebut (terutama saat pengukuran ketebalan lapisan aspal yang dusah di bor tersebut menggunakna jangka sorong)
13.   Beri tanda pada sampel tersebut (yang terdiri dari Nama STA, jenis lapisan aspal, dan tanggal pengetesan)
14.   Ulangi langkah 2 s/d langkah 13 pada titik berikutnya
15. Sampel-sampel tersebut disimpan, dan nanti harus dibawa ke laboratorium untuk dilaksanakan pengetesan lanjutan pada sampel tersebut (yaitu pengukuran nilai kepadatan lapisan aspal aktual di lapangan)







Hasil sampel tersebut, diberikan tanda nama menggunakan tipe-x / marker, untuk memudahkan identitas sampel tersebut dalam pengetesan lanjutan di laboratorium yaitu untuk pengetesan uji kepadatan (density), materi ini akan dibahas pada artikel berikutnya.




Adapun standar ketebalan lapisan aspal berdasarkan Dokumen Spesifikasi Umum 20120 (Revisi 2) pada setiap jenis lapisan aspal adalah sebagai berikut :



Tabel 1. Tebal Minimum Berbagai Tipe Lapisan Campuran Beraspal



Apabila hasil pengukuran tes core drill di lapangan tidak memenuhi nilai standar ketebalan sesuai dengan tabel 1, maka titik-titik lokasi yang tidak memenuhi syarat tersebut harus dibongkar dan di aspal ulang, atau dapat dilakukan dengan cara dilapisi kembali sampai memiliki ketebalan minimum standar yang sudah disyaratkan seperti pada tabel 1.
Adapun contoh penyajian data hasil pengujian core drill adalah sebagai berikut:

Tabel 2. Contoh Penyajian Data Hasil Tes Core Drill




Dari contoh tabel 2, bahwa lapisan yang di tes core drill adalah lapisan AC-WC, apabila mengacu pada tabel 1, maka tebal minimum lapisan AC-WC yang dipasang dilapangan adalah 4 cm, sedangkan untuk tebal minimum dengan toleransi pada setiap hasil pengukuran core drill adalah sebesar 3,7 cm. Pada tabel 2, dari 6 sampel yang di tes, untuk sampel 1,2,4,5,6 masih masuk kategori tebal minimum dengan toleransi, sehingga status lapisan aspal yang di tes di titik tersebut masih memenuhi syarat. Sedangan pada sampel 3, lapisan tersebut memiliki nilai dibawah standar minimum dengan toleransi, sehingga status ketebalan lapisan di lokasi tersebut tidak memenuhi syarat. Hal ini menyebabkan, bahwa pada titik tersebut perlu dilakukan pembongkaran dan pelapisan aspal baru, atau dengan cara melapisi kembali lapisan tersebut hingga memiliki ketebalan 4 cm.
        Materi ini juga dapat dibaca dan didownload dalam bentuk PDF Disini. Terima Kasih dan Semoga dapat bermanfaat.




No comments: