Di beberapa hari terakhir, sebelum persinggahan ini terusir.
Rasa cemas kerap menghantui, membuat ketakutan di setiap sisa hari yang dilalui.
Berjalanpun seperti mengendap-ngendap berharap tak ditanyai.
Bahkan sisa persediaanpun hanya menyisahkan beberapa lembar yang sepertinya tak cukup untuk mencari yang baru.
Di malam terakhir, berharap dapat menemukan sebuah pencerahan dan keberanian tentang sebuah tempat harapan baru.
Yang mungkin setidaknya, dapat mengisi hari-hari untuk bisa bertahan sampai mandiri.
Sampai jejak-jejak ini dapat kembali mencapai tempat tertinggi.
Semoga Tuhan melapangkan jalan-jalan rezeki agar aku bisa berdiri lagi.
Sejujurnya, jika dikalkulasi, aku tak tau bagaimana nanti.
Sebuah waktu yang teramat cepat merobohkan bangunan-bangunan yang sudah berdiri kokoh.
Sebuah keberadaan yang tinggal menyisahkan sebuah ketiadaan.
Sebuah pembukaan mata dan hati tentang siapa yang sesungguhnya menjadi kawan dan lawan.
Siapa yang betul-betul dan tetiba datang hanya saat membutuhkan, namun lupa setelah berada diatas awan.
Bulan ini adalah sebuah bulan yang sangat krusial sekali.
Sebuah langkah yang benar-benar tidak boleh salah lagi, tetapi buntu tak tahu tempat yang ingin disinggahi.
Sebuah bulan dimana semua kondisi menjepit dari berbagai sisi, baik yang bersifat materi maupun non materi.
Sebuah bulan yang tak boleh kalah, sebab bulan esok pasti akan menjadi sebuah bulan yang rasanya hampir mati.
Semua topeng akan terbuka menjadi kekecewaan dan tangisan bahkan olokan.
Aku tidak mau seperti itu, aku harus menuntaskan bulan ini dengan sebuah kabar gembira nan bahagia, meski aku tak tahu bagaimana caranya.
Hari esok malam, akan menjadi sebuah perjalanan panjang dalam sebuah keterbatasan.
Melalui malam-malam berjam-jam dan entah singgah dimana dengan siapa dan bagaimana.
Melewati jalan-jalan dengan sepeda motor tua yang telah menjadi saksi perjuangan mencari jati diri.
Yang beberapa bulan lalu tidak pernah aku rawat sama sekali dikarenakan keterbatasan kondisi yang membuat aku harus mengencangkan angka-angka ini.
Semoga perjalanan ini menjadi perjalanan yang menjawab doa-doa.
Semoga ketidakpastian ini cepat berubah menjadi kepastian yang indah dan baik-baik agar aku bisa membuka topeng ini.
Semoga tempat yang nanti menjadi persinggahan adalah sebuah tempat yang mengakhiri kesempitan ini.
Sebuah perjalanan yang akan mengantarkanku kembali menyusun bagian-bagian rumah menjadi indah lagi.
Semoga waktu akan segera berdamai.
Di sebuah malam terakhir di tempat yang teramat asing, 6 Januari 2018
Rasa cemas kerap menghantui, membuat ketakutan di setiap sisa hari yang dilalui.
Berjalanpun seperti mengendap-ngendap berharap tak ditanyai.
Bahkan sisa persediaanpun hanya menyisahkan beberapa lembar yang sepertinya tak cukup untuk mencari yang baru.
Di malam terakhir, berharap dapat menemukan sebuah pencerahan dan keberanian tentang sebuah tempat harapan baru.
Yang mungkin setidaknya, dapat mengisi hari-hari untuk bisa bertahan sampai mandiri.
Sampai jejak-jejak ini dapat kembali mencapai tempat tertinggi.
Semoga Tuhan melapangkan jalan-jalan rezeki agar aku bisa berdiri lagi.
Sejujurnya, jika dikalkulasi, aku tak tau bagaimana nanti.
Sebuah waktu yang teramat cepat merobohkan bangunan-bangunan yang sudah berdiri kokoh.
Sebuah keberadaan yang tinggal menyisahkan sebuah ketiadaan.
Sebuah pembukaan mata dan hati tentang siapa yang sesungguhnya menjadi kawan dan lawan.
Siapa yang betul-betul dan tetiba datang hanya saat membutuhkan, namun lupa setelah berada diatas awan.
Bulan ini adalah sebuah bulan yang sangat krusial sekali.
Sebuah langkah yang benar-benar tidak boleh salah lagi, tetapi buntu tak tahu tempat yang ingin disinggahi.
Sebuah bulan dimana semua kondisi menjepit dari berbagai sisi, baik yang bersifat materi maupun non materi.
Sebuah bulan yang tak boleh kalah, sebab bulan esok pasti akan menjadi sebuah bulan yang rasanya hampir mati.
Semua topeng akan terbuka menjadi kekecewaan dan tangisan bahkan olokan.
Aku tidak mau seperti itu, aku harus menuntaskan bulan ini dengan sebuah kabar gembira nan bahagia, meski aku tak tahu bagaimana caranya.
Hari esok malam, akan menjadi sebuah perjalanan panjang dalam sebuah keterbatasan.
Melalui malam-malam berjam-jam dan entah singgah dimana dengan siapa dan bagaimana.
Melewati jalan-jalan dengan sepeda motor tua yang telah menjadi saksi perjuangan mencari jati diri.
Yang beberapa bulan lalu tidak pernah aku rawat sama sekali dikarenakan keterbatasan kondisi yang membuat aku harus mengencangkan angka-angka ini.
Semoga perjalanan ini menjadi perjalanan yang menjawab doa-doa.
Semoga ketidakpastian ini cepat berubah menjadi kepastian yang indah dan baik-baik agar aku bisa membuka topeng ini.
Semoga tempat yang nanti menjadi persinggahan adalah sebuah tempat yang mengakhiri kesempitan ini.
Sebuah perjalanan yang akan mengantarkanku kembali menyusun bagian-bagian rumah menjadi indah lagi.
Semoga waktu akan segera berdamai.
Di sebuah malam terakhir di tempat yang teramat asing, 6 Januari 2018
No comments:
Post a Comment