Thursday, January 3, 2019

Untuk sebuah Waktu yang Akupun Tak Mengerti

Beberapa hari yang lalu sudah jarang hujan,
Namun sore ini terlihat awan sudah berkumpul menghitam,
Tampaknya hari ini akan hujan.

Pada suatu langit yang berwarna jingga kemerah-merahan,
Yang dihiasi dengan suara-suara adzan berkumandang,
Tak terasa begitu cepatnya perjalanan pagi menuju malam.

Dari lantai dua kamar sempit tempat pengasingan,
Sudah kuhabiskan waktu beberapa bulan mencari kepastian,
Pada akhirnya lelah itu berhasil menundukkan langkah-langkah masa lalu yang penuh kesombongan.

Di sebuah warung kopi yang awalnya begitu nyaman,
Menghabiskan beberapa cangkir dan banyak camilan,
Kini terasa memusingkan dengan ketakutan-ketakutan hebat yang membuat tak betah berlama-lama duduk disana.

Dalam sebuah perjalanan bersepeda motor berkeliling menyusuri jalan,
Mengikuti hembusan angin menghabiskan waktu berkawan manusia lalu lalang,
Sampai tibalah ketidakpahaman tentang semua tujuan yang sebenernya ingin kudapatkan.

Ketika masa-masa saat semua kesenangan digenggaman tangan,
Begitu mudahnya untuk memenuhi segala keinginan apa yang dipikirkan,
Sampai-sampai kesengsaraan menyadarkan bahwa diri ini telah melupakan Tuhan.

Bertahun-tahun semuanya telah dibangun dengan susah payah,
Membutakan mata dan hati akan sebuah prediksi menentukan arah langkah tentang masa depan,
Sampai teguran jatuh berkali-kali tidak dianggap sebagai pelajaran dan pengajaran.

Di tahun dimana masa kejayaan adalah sebuah kehormatan dan kebanggaan,
Dengan pengakuan keberadaan dan juga kepemilikan akan mimpi-mimpi yang mengagungkan,
Namun hari ini semua itu hanyalah omong kosong yang tidak satupun terealisasi menjadi apapun.

Saat sebuah kenikmatan dengan mudahnya datang silih berganti membanjiri,
Diri ini secara tak sadar menjadi jumawa dan menganggap segala bisa,
Pada kalanya kegagalan terus menghampiri dan saat itulah tersadarkan bahwa diri ini sebenarnya belum bisa apa-apa.

Pada sebuah kamar sewa yang tinggal menghitung hari dan entah harus kemana lagi,
Serasa otak ini berpikir begitu keras sampai membuat jiwa menjadi lemas tak berdaya,
Seolah mempertanyakan apakah masih ada harapan yang tersisa dalam waktu dekat ini.

Bagaimana aku akan melewati hari?
Saat kondisi lapang terasa begitu sempit,
Saat sebuah waktu dalam sekejap saja membalikkan dari keberadaan menjadi ketiadaan,
Saat sebuah harapan akan menjadi kesedihan dan kekecewaan apabila aku menyerah terhadap keadaan,
Saat sebuah panutan menjadi sebuah olokan,
Saat seharusnya aku membangun tetapi malah aku menyengsarakan banyak orang,
Bahkan untuk pulang dan berjumpa dengan orang pun sepertinya begitu malu dan memilukan,

Pada sebuah waktu ketika hujan datang,
Aku berdoa semoga keadaan ini cepat berlalu,
Pada waktu setelah adzan sebelum sembahyang,
Aku berharap akan ada kabar baik dalam waktu dekat ini,
Pada waktu disepertiga malam,
Semoga aku diangkat kembali derajatnya pada kondisi baik dan terbaik,
Pada waktu matahari sepenggala naik sebelum siang,
Semoga aku bisa diberikan kebaikan-kebaikan dalam hidup,
Sebab aku yakin waktu-waktu itu adalah waktu mutajab akan sebuah doa,
Semoga kemudahan dan kelapangan segera menghampiri,
Sebab doa-doa adalah senjata tersisa yang aku punya saat ini.




Disebuah tempat yang begitu asing, 3 Januari 2019

No comments: