Friday, November 9, 2018

Aku dan Secangkir Kopi

source : perempuandankata.blogspot.com/2013/10/secangkir-kopi-sebatang-rokok-dan.html

Malam ini, aku seperti dipenjara oleh sepi. dikekang oleh jeruji besi, yang menjadi pembatas antara aku dan secangkir kopi.
Ada sebuah mimpi-mimpi yang selalu terbayangkan menjadi ilusi. berkumpul perlahan tapi pasti, seolah seperti magic yang sekejap saja bisa membutakan logika dan hati.

Ada seorang ibu dan tiga anak kecil di stopan Jalan Suci, siap dan sigap membawa kaleng kecil mengais receh dari belas kasih pengemudi yang berhenti.
Ada anak-anak kecil yang sedang asyik membersihkan lantai dan jendela-jendela panti, sesekali tersenyum dan bahkan menyalami dengan hangat para tamu baik hati yang hendak ingin berbagi.

Malam ini, jalan-jalan masih sedikit basah sisa guyuran hujan sore tadi.
Bandung akhirnya hujan juga hari ini.

Pernahkah kita merasa ingin pulang, tapi tak tau hendak pulang kemana?.
Ada mahasiswa semester pertama yang sedang asyik bercerita lewat telpon tentang acara dikampusnya, kegiatannya, teman-teman barunya.
Ada seorang penjual kopi yang saban hari menelpon anak dan istrinya, memastikan kabar untuk meleburkan rindu dihatinya.
Ada abang-abang penjual bakso cuangki duduk disekitaran Jalan Japati, melepas lelah seharian memikul bakul berjalan kaki.

Malam ini, rupanya Bandung dingin sekali.

Ada orang yang senang membicarakan lawannya, sampai-sampai ia lupa untuk berbicara dengan dirinya.
Ada orang yang sibuk menasehati kawannya, tapi ia lupa untuk menasehati dirinya.
Ada orang yang terlalu asyik melihat keatas, sehingga ia lupa bersyukur dengan kondisinya.
Ada orang yang selalu menyimpan iri di hatinya, sehingga ia lupa jalan pulang pada rumah-rumah mimpinya.

Ah, sudahlah.
Mari lanjut menikmati kopi yang sudah dingin ini.
Karena hidup akan beredar pada garis waktunya.





Di sebuah kota yang asing, 9 November 2018
(Salah satu prosa dalam sebuah buku "Mentarimu Terbit Lagi")
sebuah perjalanan singkat saat menyinggahi bumi parahyangan

No comments: