Friday, November 30, 2018

Petualangan itu dimulai setelah Lulus dari Teknik Sipil dan Lingkungan IPB


Kali ini saya ingin memulai berbagi pengetahuan dan pengalaman yang saya dapat selama berprofesi sebagai seorang "Civil Engineer" dalam beberapa part tulisan.  Ya Civil Engineer atau Insinyur Sipil, suatu profesi pekerjaan yang berkaitan dengan dunia bangun membangun seperti bangunan gedung-gedung high rise, rumah, ruko, pabrik, jalan, bendungan, trotoar, dan lainnya, atau bisa juga warung kopi yang biasa temen-temen ngopi disana, itu juga sebenarnya dikatakan kontruksi meski cuman tempatnya berbahan dari bambu/kayu hehehe.

Saya juga memulai menulis tentang tulisan seperti ini sih sebenarnya selain berniat berbagi pengetahuan dan pengalaman, tetapi juga sebagai bahan pengingat di suatu hari nanti, jikalau saya sewaktu-waktu alih profesi alias banting setir meninggalkan dunia konstruksi hahahaha,  tapi ya gak 100% juga, karena sejujurnya kehidupan kita, disekeliling kita, baik yang memang berprosesi sebagai Insinyur Sipil atau bukan, pekerjaan kontruksi pasti akan bersinggungan dengan kehidupan kita baik secara langsung ataupun tidak langsung. 

Contohnya aja ya, temen-temen pasti dari kecil sampai saat ini tinggal dirumah kan, nah rumah kan salah satu jenis konstruksi. Lalu jalan-jalan yang ada di lingkungan temen-temen yang dilalui temen-temen setiap hari, baik itu jalan perkampungan yang terbuat dari paving block, dicor beton, atau diaspal itu juga kan merupakan pekerjaan kontruksi. Atau juga kalau temen-temen sering posting-posting foto di medsos atau setiap berkunjung ke suatu tempat lalu temen-temen berfoto di suatu landmark, nah tempat foto temen-temen itu juga pada umumnya kan pasti dibangun alias dikonstruksi,  misal yang baru-baru ini jadi icon bangunan baru di Bali yaitu Patung Garuda Wisnu Kencana yang baru rampung dan diresmikan pertengahan tahun 2018 ini. Dan banyak lainnya yang pasti berhubungan secara langsung atau tidak langsung dengan hidup temen-temen.

Disini, di tulisan pertama saya akan bercerita tentang mengapa saya memutuskan untuk memilih menjadi Insinyur Civil bukan menjadi Insinyur Lingkungan, padahal kan dulu kuliahnya Teknik Sipil dan Lingkungan, sehingga ada kesempatan juga untuk bisa menjadi seorang Insinyur Lingkungan. Jawabannya sebenarnya gak bisa dijawab, karena saya juga gak tahu jawabannya kenapa saya tetiba setelah lulus terjun di bidang Ketekniksipilan. Yang saya bisa jawab ya sepertinya itu sudah jalan takdir saya dan rezeki saya yang harus bergulat dibidang Teknik Sipil setelah lulus, saya diarahkan jalannya untuk diterima kerja pertama kali di sebuah perusahaan kontruksi. Mungkin juga, saya ditakdirkan untuk terjun didunia konstruksi biar saya tahu bahwa dunia ketekniksipialn itu berkaitan erat dengan kehidupan manusia secara langsung dan tidak bisa terpisahkan, dan juga merupakan salah satu faktor utama yang dapat menunjang dalam pembangunan manusia dan ekonomi berkelanjutan, sehingga hidup saya bisa bermanfaat buat banyak orang nantinya, atau mungkin saya 10 tahun kedepan menjadi salah satu pemimpin daerah sehingga saya bisa membangun daerah tersebut menjadi lebih maju dan sejahtera karena saya memang memiliki basic ilmu di bidang pembangunan terutama di bagian sarana prasarana. Amin.

Berdasarkan pengalaman saya, ketika saya bertemu dengan banyak orang dan jika ditanyakan oleh orang bekerja atau kuliah dimana kang? (klo itu yang nanya orang sunda), bekerja atau kuliah dimana mas? (klo orang jawa yang nanya) hehehee. Saya jawab, saya lulusan Teknik Sipil dan bekerja di kontraktor. Dan tanggapan klasik yang selalu saya dapatkan adalah "oh arsitek ya, yang tukang gambar gitu, wah duitnya banyak dong, kok keren sih". Lalu saya tersenyum sambil ngedumel dihati biasanya, "Kang kang, saya Teknik Sipil kang bukan arsitek, beda kali, saya juga bukan tukang gambar karena saya juga gak jago-jago amat ngegambarnya, dan apalagi duitnya banyak, iya duitnya banyak kalau korupsi sih banyak atau kalau emang saya jadi ownernya perusahaan kontraktor tersebut, kalau jujur ya alhamdulillah kategori cukup, kalau keren sih relatif hahhahaa".

Dan ada satu lagi pertanyaan, yang kadang membuat saya bikin greget dari dulu, terutama pas ngelamar kerja atau interview kerja atau pas ketemu orang ngobrol semisal di warung kopi. "Kang dulu kuliah di jurusan apa dan dimana?", lalu saya jawab "saya kuliah di Teknik Sipil dan Lingkungan IPB kang/mas/mbak/teteh/bapak/ibu?hehehehe". dan tanggapannya ini loh yang juga bikin selalu greget, "Oh ITB ya mas kok keren", "Lah IPB kok ada Teknik Sipil bukannya pertanian", "Lah Teknik Sipil disana belajar konstruksi bangunan atau pertanian?" dan bla bla bla lainnya. Lagi-lagi saya senyum terus ngedumel lagi dihati hahaha, "IPB kang bukan ITB", "Lah ya ada dong, buktinya saya lulusan Teknik Sipil IPB", "Ya belajar Teknik Sipil pada umumnya hanya memang ada tambahan pelajaran Teknik Lingkungan, separo-separo karena memang kan Teknik Sipil dan Lingkungan nama jurusannya, hehehe".

Saya dulu kuliah  masuk pertengahan tahun 2010 lulus di pertengahan 2014, dan singkat cerita akhirnya saya memulai petualangan saya menjadi seorang Civil Engineer yang terjun langsung di lapangan untuk pertama kalinya adalah ketika saya bertugas di Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur, tepatnya di daerah perbatasan Kabupaten Ende ke Kabupaten Nagekeo untuk Proyek Pembangunan Jalan Lintas Nasional sepanjang 15,6 Km. Pembangunan jalan ini menggunakan APBN yang berupa dana bantuan dari Australia (Australian Aid). 

Pembangunan Jalan yang ada di Desa Nangaroro, Nagekeo
Dan disini tempatnya tidak seperti kota-kota di pulau jawa, yang dimana kalau di pulau jawa akses kemana-mana masih mudah, sinyal serba ada, mau jajan dan makan apapun mudah asal punya uang. Lokasi tempat saya bekerja itu 2-3 Jam dari pusat Kota Ende, yang dimana akses menuju ke tempat ini cuman satu-satunya yaitu jalan darat menggunakan kendaraan pribadi atau angkutan umum yang jumlahnya masih sangat terbatas, dengan kondisi jalan yang belum sebagus didaerah-daerah di Pulau Jawa. Disini juga pasarnya cuman ada 1 minggu sekali, yaitu hanya ada pada hari kamis jam 6.00 s/d 12.00, makanya disebut pasar kamis. Proses jual belinya pun terdapat beberapa hal yang unik dan baru pertama kali saya temui seperti salah satunya adalah ketika saya membeli cabai rawit/cabai kecil yang dimana takarannya bukan dengan ukuran kg, tapi ukuran 1 gelas kecil seharga Rp 5000/gelas yang kadang-kadang gelasnya juga bisa beraneka ragam bentuknya tergantung membeli ditempat siapa hehehee. Lalu disini juga tepatnya di Desa Nangaroro, warung makannya hanya ada satu waktu itu, dan malam-malam disini gak ada yang jual nasi goreng, warteg, nasi padang atau lainnya hahaha, sehingga ya mau gak mau, secara terpaksa atau secara kebutuhan masak sendiri, yang dimana emang sebelumnya saya tidak pernah bisa masak sama sekali dan akhirnya juga saya bisa masak meski rasanya ya kadang nano-nano hehehe.

Dokumentasi saat pekerjaan pengaspalan
Disini, saya pertama kali merasakan bagaimana belajar untuk membangun sebuah jalan, dari proses awal pekerjaan tanah, pengaspalan hingga finishing pembuatan marka jalan. Disini juga saya baru tahu semua proses  dan rincian langkah demi langkahnya dalam sebuah kontruksi jalan (yang materi-materi dan ceritanya akan dibahas di part selanjutnya) . Mungkin cukup dulu untuk introduction-nya, untuk membaca article selanjutnya klik disini


No comments: