Hai Salam Semangat !.
Jika teman-teman lewat ke sebuah jalan dan
kebetulan saat itu jalan tersebut akan dan sedang diperbaiki, mungkin secara
tidak sadar atau sadar teman-teman pernah melihat banyak coretan berupa
angka-angka di pinggir jalan bertuliskan 0+000, 1+200, 7+050, atau sebagainya,
baik itu di sebuah patok kayu di sisi jalan, di atas aspalnya langsung, atau di
tiang-tiang listrik atau bahkan kalau emang surveyornya
atau supervisornya memiliki jiwa seni
yang tinggi biasanya ditulis di tembok-tembok rumah orang hahahaha. Kalau yang
punya rumah ngomel atau marah, kan bisa alesan itu adalah seni melukis jalan
alias graffiti tapi kalau ada
gambarnya dikit misal dikasih gambar tengkorang jadi alesannya bisa bilang itu mural, padahal mah itu sebenernya vandalisme wkwkwkwk.
Kalau kita perhatikan, seni melukis
jalanan ini terbagi umumnya dalam 3 jenis yaitu Vandalisme, Graffiti, dan Mural.
Nah ketiga jenis tersebut terkadang sering ketuker perbedaanya, mana yang
disebut Vandalisme, mana yang disebut
Graffiti, mana yang disebut sebagai Mural. Ini tergantung dari jenis gambar
atau tulisan yang dibuatnya serta tujuannya, dan juga apakah itu terlihat
merusak atau indah di pandang atau tidak. Nah saya coba jelaskan dalam bentuk
gambar biar tervisualisasi dengan jelas :
1. Vandalisme
Bentuk Vandalisme di Tembok Sumber Gambar : http://sanggarlab.blogspot.com/2017/01/bedanya-vandal-graffiti-mural.html |
Kalau liat dari gambar diatas, pasti
temen-temen langsung berpikir kok jelek banget ya, gak enak dilihat mata, kok
ngerusak banget ya. Sangat wajar jika teman-teman berpendapat begitu karena
memang vandalisme ini sifatnya
merusak. Vandalisme adalah suatu aksi
yang bersifat merusak, merugikan, dan menghancurkan hasil karya orang lain.
Sebagai contoh kecil, misal temen-temen waktu jaman SMA dulu pasti pernah
corat-coret di bangku sekolah, yang awalnya mejanya bersih dan mulus terus gak
kerasa 6 bulan kemudian jadi berwarna-warni gak karuan, misal tulisannya “Ratu love Raja, Aku merindukanmu Ratu,
Gurunya killer, Aku Ganteng Loh, Menaklukkan Dirimu lebih sulit dibanding Menaklukkan
Matematika, dan tulisan ga jelas lainnya”.hahahaha
2. Graffiti
Bentuk Graffiti di Tembok Sumber Gambar : http://ciricara.com/2015/02/26/apa-itu-grafiti/ |
Kalau graffiti
agak sedikit baguslah ketimbang vandalisme, masih kadang enak dipandang, tapi
kadang masih juga bersifat negatif dikit meski bagus. Graffiti ini hanya berupa bentuk tulisan namun tulisannya tersebut
ditulis dengan mempertimbangkan komposisi warna, ukuran garis, bentuk huruf,
atau juga pesan yang ingin disampaikan. Graffiti
ini biasanya dibuat lebih terkonsep ketimbang Vandalisme. Tapi kadang-kadang Graffiti
ini merugikan karena kadang-kadang orang yang membuat graffiti di tembok atau fasilitas umum lainnya tersebut tidak
meminta ijin pemiliknya, kalau memita ijin alias legal mah bagus, top. hahahaha.
3. Mural
Bentuk Mural di Tembok Sumber Gambar : http://baranews.co/2017/10/28/seni-jalanan-solo-kini-punya-galeri-mural/ |
Nah kalau mural ini biasanya lebih tervisualisasi, biasanya dalam bentuk
gambar atau gabungan gambar dengan tulisan, dan lebih indah dipandang. Bahkan mural
ini biasanya dibuat atas seijin pemilik bangunannya sehingga tidak bersifat
merusak. Mural ini dibuat dengan penuh konsep, penjiwaan atas penuangan sebuah ide-ide
dan perasaan dalam sebuah bentuk lukisan. Tapi ada juga sih, mural-mural yang illegal, ya mungkin karena keterbatasan lahan atau ketersediaan
tempat yang tidak ada atau karena kebebasan sarana yang tidak difasilitasi
dengan baik bagi para pencinta seni ini ,sehingga mural-mural ini dibuat di tembok-tembok jalan atau fasilitas umum
lainnya tanpa ijin.
Lalu kalau gambarnya seperti dibawah ini,
itu namanya titik acuan dalam konstruksi jalan, bukan termasuk vandalisme,
graffiti, ataupun mural tapi memang merupakan salah satu syarat utama dalam
membangun jalan. Kalau tidak ada ini,
akan sulit mencari titik acuan dalam pelaksanaan konstruksi jalan.
Contoh Titik STA menggunakan Patok Bambu dengan Tulisannya Langsung ditulis di Patok Sumber Gambar : http://baliberkarya.com |
Contoh Titik STA menggunakan Patok Bambu dengan Tulisannya menggunakan Plang Sendiri Sumber Gambar : https://www.skyscrapercity.com/showthread.php?p=146925311 |
Contoh Titik STA menggunakan pilok yang ditulis di Tepi Jalan Aspalnya Sendiri Sumber Gambar : https://balai3.wordpress.com |
Contoh Titik STA menggunakan Cor Beton Sumber Gambar : https://www.cendananews.com |
Dari beragam jenis penulisan atau
penandaan STA ini, intinya sama untuk memberikan informasi dalam kontruksi
jalan. Adapun ragam penulisannya ini sebenarnya suka-suka aja gimana enaknya dan
juga tergantung anggaran, jika emang proyeknya anggarannya besar dan
mensyaratakan penandaan titik-titik STA harus pakai cor ya harus menggunakan cor
beton, jika tidak ada anggaran dan ingin hemat biaya bisa ditulis di atas jalan
aspalnya sendiri atau menggunakan patok kayu atau apapun itu yang penting bisa memberikan
informasi jelas mengenai titik-titik dalam konstruksi tersebut. Catatan yang
penting tidak menulis STA tersebut di tembok rumah warga ya, nanti disebut vandalisme dan diprotes warga hehehhee.
STA atau kependekan dari Station yang jika di bahasa Indonesiakan
adalah stasiun, pos, posisi. penempatan, lokasi, atau pangkalan. Nah station ini jangan dibayangkan seperti
stasiun kereta api ya, atau pos ronda, atau pangkalan militer hehehe. STA ini
merupakan tanda yang digunakan untuk penomoran panjang jalan atau untuk menentukan
jarak suatu tempat ke tempat lainnya. Jadi sebagai contoh, proyek yang saya
kerjakan ini adalah proyek sepanjang 15.6 Km, nah di dokumen kontrak sudah
disebutkan titik awal / titik 0 km nya itu berada di titik pas batas jembatan
dekat SMPN 1 Nangaroro. Nah dari sini baru surveyor beserta tim lapangan
melakukan pengukuran panjang jalan sepanjang 15.6 Km sehingga dapat diketahui
batas pelaksanaan jalan yang akan di bangun atau dikerjakan.
Jika belum terbayangkan, saya kasih contoh
misal rumah saya dengan rumah kamu, iya kamu, kamu yang akan jadi Ibu dari
anak-anak kita, cie cie hehehe. Nah misal kalau kita liat di google maps, jarak rumah saya dengan
kamu misal 10 Km, acuan awalnya rumah saya dan tujuannya rumah kamu, kayak kalau
kita pesan-pesen gojek aja, kan ada titik penjemputan dan titik tujuan. Jadi
titik penjemputannya yaitu rumah saya kalau dijadikan STA yaitu 0+000 dan rumah
kamu itu STA 10+000, nah pas saya jalan ke rumah kamu, masa saya gak bawa
apa-apa, minimal bawa martabak telor lah buat ibu kamu, biar calon mertua luluh
hatinya hehehe. Nah saya kan berhenti dulu pastinya di tukang martabak, lokasi
martabak ini berjarak kalau liat di google
maps itu 2.3 Km dari rumahku, jadi kalau dijadikan STA yaitu STA 2+300.
Lalu saya ngisi bensin dulu di POM Bensin, nah jarak POM ini ke rumah saya
misal 6.8 Km, kalau dijadikan STA 6+800. Sudah tergambarkan dan terbayangkan apa dan
bagaimana acuan STA itu.
Untuk STA ini sendiri, berdasarkan
ketentuan biasanya dipasang per jarak 50 m’ pada jalan lurus, dan per 20 m’
jika ada jalan tikungan. Misal jalan dari rumahku ke rumahmu itu lurus aja gak
ada belokannya sama sekali, jadi pas bikin STA jaraknya per 50 m’ aja, kalau
misal ke rumahmu saya harus melewati jalan tikungan 3 buah, maka pas jalan
lurus saya membuat STA per 50 m’, nah pas ketemu tikungan ini saya ubah
penempatan STA nya jadi 20 m’, terus jalannya lurus lagi, saya buat lagi jadi 50
m’, terus ketemu tikungan lagi, saya rubah lagi jadi per 20m’.
Penulisan yang benar dalam STA adalah STA
X+YYY, dimana X = dalam satuan panjang Km, sedangkan YYY = dalam satuan panjang
m’. Jadi Misal Jaraknya 2000 m’ atau 2 Km, maka ditulis STA 2+000, bukan STA 2.
Jika Jaraknya 4,6 Km atau 4600 m’ maka ditulis STA 4+600 bukan STA 4+6. Jika
Jaraknya 7.68 Km atau 7680 m’, maka ditulis STA 7+680 bukan STA 7+68.
Penempatan tulisan atau patok-patok STA ini juga harus ditempatkan di sebelah
kiri jalan. Acuan kiri jalan ini adalah dari titik 0 Km sampai titik akhir
tujuan.
Saya sekarang sedang jalan-jalan ke STA
15+100, maka titik ini adalah titik yang hampir mendekati ujung proyek, karena
proyek saya itu sepanjang 15,6 Km atau STA 15+600, maka 500 m’ lagi itu ujung
atau ending proyek jalan ini.
Kebetulan ending proyek ini ada tepat di pertigaan jalan antara jalan menuju
daerah Mbay (Ibu Kotanya Kabupaten Nagekeo) dan menuju ke daerah Bajawa (Ibu
Kotanya Kabupaten Ngada).
STA 15+100 Proyek Ende-Aegela |
STA 15+600 (Ujung Proyek) |
Sebagai contoh, di STA 15+100, tempatnya
kiri-kanan gak ada bangunan sama sekali, sehingga saya dulu waktu mau ngecek
lapangan berdasarkan STA nya harus melihat dan mencari-cari patok bahwa saya
ada di STA mana. Nah kalau di kota besar kayaknya lebih enak dimana kiri-kanan
ada banyak bangunan, misalnya saja rute rumah saya dan rumah kamu. Misal Tukang
Martabak ada di STA 2+300, Indomaret ada di STA 3+500, Tukang Bubur Ayam di STA
4+100, Warkop di STA 5+050, Tukang Sate di STA 6+200, Pom Bensin di STA 6+800,
dan rumahmu di STA 10+000. Nah misal saya disuruh oleh Ibu saya, tolong pergi
ke STA 5+050 berarti saya disuruh beli bubur karena acuannya jelas dan ada icon
bangunannya yang bisa dihafal, terus disuruh lagi pergi ke STA 6+200, jadi saya
artinya disuruh beli sate karena emang jelas juga acuannya dan saya nyampe sana
cepat karena udah ada patokannya. Nah
waktu saya dulu tugas disini, terus saya disuruh ngecek ke STA 6+000, kadang saya
bingung dan mencari-cari patok STA 6+000 dimana ya, oh disini nih yang ada
pohon palanya, yang sampingnya ada pohon pisang. Terus saya mencari eh STA
1+000 juga ada pohon pala dan pisangnya, maju lagi eh ada pohon pala nih sama
pohon pisangnya, eh ternyata itu STA 5+500 hahahhaa. Kadang lucu sih dan banyak
ceritanya, apalagi kalau tugasnya di luar pulau yang emang masih jauh dari
keramaian.
Untuk melihat artikel sebelumnya dapat
dilihat disini atau artikel berikutnya klik disini. semoga bermanfaat ya.
No comments:
Post a Comment