Sunday, December 2, 2018

Jalan-Jalan ke STA 15+100 Proyek Pembangunan Jalan Ende-Aegela


Hai Salam Semangat !.

Jika teman-teman lewat ke sebuah jalan dan kebetulan saat itu jalan tersebut akan dan sedang diperbaiki, mungkin secara tidak sadar atau sadar teman-teman pernah melihat banyak coretan berupa angka-angka di pinggir jalan bertuliskan 0+000, 1+200, 7+050, atau sebagainya, baik itu di sebuah patok kayu di sisi jalan, di atas aspalnya langsung, atau di tiang-tiang listrik atau bahkan kalau emang surveyornya atau supervisornya memiliki jiwa seni yang tinggi biasanya ditulis di tembok-tembok rumah orang hahahaha. Kalau yang punya rumah ngomel atau marah, kan bisa alesan itu adalah seni melukis jalan alias graffiti tapi kalau ada gambarnya dikit misal dikasih gambar tengkorang jadi alesannya bisa bilang itu mural, padahal mah itu sebenernya vandalisme wkwkwkwk.
Kalau kita perhatikan, seni melukis jalanan ini terbagi umumnya dalam 3 jenis yaitu Vandalisme, Graffiti, dan Mural. Nah ketiga jenis tersebut terkadang sering ketuker perbedaanya, mana yang disebut Vandalisme, mana yang disebut Graffiti, mana yang disebut sebagai Mural. Ini tergantung dari jenis gambar atau tulisan yang dibuatnya serta tujuannya, dan juga apakah itu terlihat merusak atau indah di pandang atau tidak. Nah saya coba jelaskan dalam bentuk gambar biar tervisualisasi dengan jelas :

1.   Vandalisme
Bentuk Vandalisme di Tembok
Sumber Gambar : http://sanggarlab.blogspot.com/2017/01/bedanya-vandal-graffiti-mural.html

Kalau liat dari gambar diatas, pasti temen-temen langsung berpikir kok jelek banget ya, gak enak dilihat mata, kok ngerusak banget ya. Sangat wajar jika teman-teman berpendapat begitu karena memang vandalisme ini sifatnya merusak. Vandalisme adalah suatu aksi yang bersifat merusak, merugikan, dan menghancurkan hasil karya orang lain. Sebagai contoh kecil, misal temen-temen waktu jaman SMA dulu pasti pernah corat-coret di bangku sekolah, yang awalnya mejanya bersih dan mulus terus gak kerasa 6 bulan kemudian jadi berwarna-warni gak karuan, misal tulisannya “Ratu love Raja, Aku merindukanmu Ratu, Gurunya killer, Aku Ganteng Loh, Menaklukkan Dirimu lebih sulit dibanding Menaklukkan Matematika, dan tulisan ga jelas lainnya”.hahahaha

2.   Graffiti
Bentuk Graffiti di Tembok
Sumber Gambar : http://ciricara.com/2015/02/26/apa-itu-grafiti/
Kalau graffiti agak sedikit baguslah ketimbang vandalisme, masih kadang enak dipandang, tapi kadang masih juga bersifat negatif dikit meski bagus. Graffiti ini hanya berupa bentuk tulisan namun tulisannya tersebut ditulis dengan mempertimbangkan komposisi warna, ukuran garis, bentuk huruf, atau juga pesan yang ingin disampaikan. Graffiti ini biasanya dibuat lebih terkonsep ketimbang Vandalisme. Tapi kadang-kadang Graffiti ini merugikan karena kadang-kadang orang yang membuat graffiti di tembok atau fasilitas umum lainnya tersebut tidak meminta ijin pemiliknya, kalau memita ijin alias legal mah bagus, top. hahahaha.

3.   Mural
Bentuk Mural di Tembok
Sumber Gambar : http://baranews.co/2017/10/28/seni-jalanan-solo-kini-punya-galeri-mural/
Nah kalau mural ini biasanya lebih tervisualisasi, biasanya dalam bentuk gambar  atau gabungan gambar dengan tulisan, dan lebih indah dipandang. Bahkan mural ini biasanya dibuat atas seijin pemilik bangunannya sehingga tidak bersifat merusak. Mural ini dibuat dengan penuh konsep, penjiwaan atas penuangan sebuah ide-ide dan perasaan dalam sebuah bentuk lukisan. Tapi ada juga sih, mural-mural yang illegal, ya mungkin karena keterbatasan lahan atau ketersediaan tempat yang tidak ada atau karena kebebasan sarana yang tidak difasilitasi dengan baik bagi para pencinta seni ini ,sehingga mural-mural ini dibuat di tembok-tembok jalan atau fasilitas umum lainnya tanpa ijin.

Lalu kalau gambarnya seperti dibawah ini, itu namanya titik acuan dalam konstruksi jalan, bukan termasuk vandalisme, graffiti, ataupun mural tapi memang merupakan salah satu syarat utama dalam membangun jalan.  Kalau tidak ada ini, akan sulit mencari titik acuan dalam pelaksanaan konstruksi jalan.
Contoh Titik STA menggunakan Patok Bambu dengan Tulisannya Langsung ditulis di Patok
Sumber Gambar : http://baliberkarya.com
Contoh Titik STA menggunakan Patok Bambu dengan Tulisannya menggunakan Plang Sendiri
Sumber Gambar : https://www.skyscrapercity.com/showthread.php?p=146925311

Contoh Titik STA menggunakan pilok yang ditulis di Tepi Jalan Aspalnya Sendiri
Sumber Gambar : https://balai3.wordpress.com
 Contoh Titik STA menggunakan Cor Beton
Sumber Gambar : https://www.cendananews.com


Dari beragam jenis penulisan atau penandaan STA ini, intinya sama untuk memberikan informasi dalam kontruksi jalan. Adapun ragam penulisannya ini sebenarnya suka-suka aja gimana enaknya dan juga tergantung anggaran, jika emang proyeknya anggarannya besar dan mensyaratakan penandaan titik-titik STA harus pakai cor ya harus menggunakan cor beton, jika tidak ada anggaran dan ingin hemat biaya bisa ditulis di atas jalan aspalnya sendiri atau menggunakan patok kayu atau apapun itu yang penting bisa memberikan informasi jelas mengenai titik-titik dalam konstruksi tersebut. Catatan yang penting tidak menulis STA tersebut di tembok rumah warga ya, nanti disebut vandalisme dan diprotes warga hehehhee.
STA atau kependekan dari Station yang jika di bahasa Indonesiakan adalah stasiun, pos, posisi. penempatan, lokasi, atau pangkalan. Nah station ini jangan dibayangkan seperti stasiun kereta api ya, atau pos ronda, atau pangkalan militer hehehe. STA ini merupakan tanda yang digunakan untuk penomoran panjang jalan atau untuk menentukan jarak suatu tempat ke tempat lainnya. Jadi sebagai contoh, proyek yang saya kerjakan ini adalah proyek sepanjang 15.6 Km, nah di dokumen kontrak sudah disebutkan titik awal / titik 0 km nya itu berada di titik pas batas jembatan dekat SMPN 1 Nangaroro. Nah dari sini baru surveyor beserta tim lapangan melakukan pengukuran panjang jalan sepanjang 15.6 Km sehingga dapat diketahui batas pelaksanaan jalan yang akan di bangun atau dikerjakan.
Jika belum terbayangkan, saya kasih contoh misal rumah saya dengan rumah kamu, iya kamu, kamu yang akan jadi Ibu dari anak-anak kita, cie cie hehehe. Nah misal kalau kita liat di google maps, jarak rumah saya dengan kamu misal 10 Km, acuan awalnya rumah saya dan tujuannya rumah kamu, kayak kalau kita pesan-pesen gojek aja, kan ada titik penjemputan dan titik tujuan. Jadi titik penjemputannya yaitu rumah saya kalau dijadikan STA yaitu 0+000 dan rumah kamu itu STA 10+000, nah pas saya jalan ke rumah kamu, masa saya gak bawa apa-apa, minimal bawa martabak telor lah buat ibu kamu, biar calon mertua luluh hatinya hehehe. Nah saya kan berhenti dulu pastinya di tukang martabak, lokasi martabak ini berjarak kalau liat di google maps itu 2.3 Km dari rumahku, jadi kalau dijadikan STA yaitu STA 2+300. Lalu saya ngisi bensin dulu di POM Bensin, nah jarak POM ini ke rumah saya misal 6.8 Km, kalau dijadikan STA 6+800. Sudah tergambarkan dan terbayangkan apa dan bagaimana acuan STA itu.
Untuk STA ini sendiri, berdasarkan ketentuan biasanya dipasang per jarak 50 m’ pada jalan lurus, dan per 20 m’ jika ada jalan tikungan. Misal jalan dari rumahku ke rumahmu itu lurus aja gak ada belokannya sama sekali, jadi pas bikin STA jaraknya per 50 m’ aja, kalau misal ke rumahmu saya harus melewati jalan tikungan 3 buah, maka pas jalan lurus saya membuat STA per 50 m’, nah pas ketemu tikungan ini saya ubah penempatan STA nya jadi 20 m’, terus jalannya lurus lagi, saya buat lagi jadi 50 m’, terus ketemu tikungan lagi, saya rubah lagi jadi per 20m’.
Penulisan yang benar dalam STA adalah STA X+YYY, dimana X = dalam satuan panjang Km, sedangkan YYY = dalam satuan panjang m’. Jadi Misal Jaraknya 2000 m’ atau 2 Km, maka ditulis STA 2+000, bukan STA 2. Jika Jaraknya 4,6 Km atau 4600 m’ maka ditulis STA 4+600 bukan STA 4+6. Jika Jaraknya 7.68 Km atau 7680 m’, maka ditulis STA 7+680 bukan STA 7+68. Penempatan tulisan atau patok-patok STA ini juga harus ditempatkan di sebelah kiri jalan. Acuan kiri jalan ini adalah dari titik 0 Km sampai titik akhir tujuan.
Saya sekarang sedang jalan-jalan ke STA 15+100, maka titik ini adalah titik yang hampir mendekati ujung proyek, karena proyek saya itu sepanjang 15,6 Km atau STA 15+600, maka 500 m’ lagi itu ujung atau ending proyek jalan ini. Kebetulan ending proyek ini ada tepat di pertigaan jalan antara jalan menuju daerah Mbay (Ibu Kotanya Kabupaten Nagekeo) dan menuju ke daerah Bajawa (Ibu Kotanya Kabupaten Ngada). 


STA 15+100 Proyek Ende-Aegela

STA 15+600 (Ujung Proyek)

Sebagai contoh, di STA 15+100, tempatnya kiri-kanan gak ada bangunan sama sekali, sehingga saya dulu waktu mau ngecek lapangan berdasarkan STA nya harus melihat dan mencari-cari patok bahwa saya ada di STA mana. Nah kalau di kota besar kayaknya lebih enak dimana kiri-kanan ada banyak bangunan, misalnya saja rute rumah saya dan rumah kamu. Misal Tukang Martabak ada di STA 2+300, Indomaret ada di STA 3+500, Tukang Bubur Ayam di STA 4+100, Warkop di STA 5+050, Tukang Sate di STA 6+200, Pom Bensin di STA 6+800, dan rumahmu di STA 10+000. Nah misal saya disuruh oleh Ibu saya, tolong pergi ke STA 5+050 berarti saya disuruh beli bubur karena acuannya jelas dan ada icon bangunannya yang bisa dihafal, terus disuruh lagi pergi ke STA 6+200, jadi saya artinya disuruh beli sate karena emang jelas juga acuannya dan saya nyampe sana cepat karena udah ada patokannya.  Nah waktu saya dulu tugas disini, terus saya disuruh ngecek ke STA 6+000, kadang saya bingung dan mencari-cari patok STA 6+000 dimana ya, oh disini nih yang ada pohon palanya, yang sampingnya ada pohon pisang. Terus saya mencari eh STA 1+000 juga ada pohon pala dan pisangnya, maju lagi eh ada pohon pala nih sama pohon pisangnya, eh ternyata itu STA 5+500 hahahhaa. Kadang lucu sih dan banyak ceritanya, apalagi kalau tugasnya di luar pulau yang emang masih jauh dari keramaian.
Untuk melihat artikel sebelumnya dapat dilihat disini atau artikel berikutnya klik disini. semoga bermanfaat ya.




No comments: